Ahli Tauhid Pasti Masuk Surga
من شهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأن محمداً عبده ورسوله، وأن عيسى عبد الله ورسوله وكلمته ألقاها إلى مريم وروح منه، والجنة حق، والنار حق أدخله الله الجنة على ما كان من العمل
“Barangsiapa yang bersyahadat (bersaksi) bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, dan ‘Isa adalah hamba dan rasul-Nya, dan kalimat yang disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh dari-Nya, dan bersaksi bahwa surga dan neraka benar adanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga, sesuai amal yang telah dikerjakakannya”[4]Ini merupakan janji dari Allah Ta’ala untuk ahli tauhid bahwa Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga. Ahlu tauhid adalah mereka yang bersyahadat (bersaksi) dengan persaksian yang disebut dalam hadist di atas. Maksud syahadat yang benar harus terkandung tiga hal yaitu mengucapkannya dengan lisan, mengilmui maknanya, dan mengamalkan segala konsekuensinya, tidak cukup hanya sekadar mengucapknnya saja. Yang dimaksud dengan ‘alaa maa kaana minal ‘amal (sesuai amal yang telah dikerjakannya) ada dua tafsiran:
Pertama: Mereka akan masuk surga walaupun memiliki dosa-dosa selain syirik karena dosa-dosa selain syirik tersebut tidak menghalanginya untuk masuk ke dalam surga, baik masuk surga secara langsung maupun pada akhirnya masuk surga walau sempat diadzab di neraka. Ini merupakan keutamaan tauhid yang dapat menghapuskan dosa-dosa dengan izin Allah dan menghalangi seseorang kekal di neraka.
Kedua: Mereka akan masuk surga, namun kedudukan mereka dalam surga sesuai dengan amalan mereka, karena kedudukan seseorang di surga bertingkat-tingkat sesuai dengan amal shalihnya.[5]
Ahli Tauhid Diharamkan dari Neraka
Sungguh,
neraka adalah seburuk-buruk tempat kembali. Betapa bahagianya sesorang yang
tidak menjadi penghuni neraka. Hal ini akan didiapatkan oleh seseorang yang
bertauhid dengan benar. Rasululllah shalallahu ‘alahi wa
salaam bersabda,
فإن الله حرم على النار
من قال: لا إله إلا الله يبتغي بذلك وجه الله“Sesunggunhya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengatakan Laa ilaah illallah, yang di ucapkan ikhlas mengharapkan wajah Allah” [6]
Pengharaman dari neraka ada dua bentuk:
Diharamkan masuk neraka secara mutlak dalam arti dia tidak akan pernah masuk neraka sama sekali, boleh jadi dia mempunyai dosa kemudian Allah mengampuninya atau dia termasuk golongan orang-orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab.
Diharamkan kekal masuk neraka dalam arti dikeluarkan dari neraka setelah sempat dimasukkan ke dalamnya selama beberapa waktu.
Makna diharamkannya masuk neraka dalam hadist di atas mencakup dua bentuk ini. [7]
Ahli Tauhid Diampuni Dosa-dosanya
Hidup
kita tidak luput dari gelimang dosa dan maksiat. Oleh karena itu pengampunan
dosa adalah sesuatu yang sangat kita harapkan. Dengan melaksanakan tauhid
secara benar, menjadi sebab terbesar dapat menghapus dosa-dosa kita.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salaambersabda,
قال الله تعالى: يا ابن
آدم؛ لو أتيتني بقراب الأرض خطايا، ثم لقيتني لا تشرك بي شيئاً لأتيتك بقرابها مغفرة“Allah berfirman: ‘ Wahai anak adam, sesungguhnya sekiranya kamu datang kepada-Ku dengan kesalahan sepenuh bumi, kemudian kamu datang kepada-Ku tanpa menyekutukan sesuatu pun dengan-Ku, maka Aku akan mendatangimu dengan ampunan sepenuh bumi pula” [8]
Dalam hadist ini Nabi mengkhabarkan tentang luasnya keutamaan dan rahmat Allah ‘Azza wa Jalla. Allah akan menghapus dosa-dosa yang sangat banyak selama itu bukan dosa syirik. Makna hadis ini seperti firman Allah Ta’ala,
إِنَّ اللهَ لاَيَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَادُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَآءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا {48}
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar” (QS. An Nisaa’:48)Hadist ini merupakan dalil bahwa tauhid mempunyai pahala yang besar dan bisa menghapuskan dosa yang sangat banyak.[9]
Jaminan Bagi Orang yang Bertauhid
Kebaikan
tauhid ternyata tidak hanya bermanfaat bagi individu. Jika suatu masyarakat
benar-benar merealisasikan tauhid dalam kehidupan mereka,
Allah Ta’ala akan memberikan jaminan bagi
mereka sebagaimana firman-Nya :
وَعَدَ اللهُ الَّذِينَ
ءَامَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي اْلأَرْضِ كَمَااسْتَخْلَفَ
الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ
وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لاَيُشْرِكُونَ
بِي شَيْئًا وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ {55}“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An Nuur:45)
Dalam ayat yang mulia ini Allah memberikan beberapa jaminan bagi suatu masyarakat yang mau merealisasikan tauhid yaitu :
l
Mendapat
kekuasaan di muka bumi.
l
Mendapat
kemantapan dan keteguhan dalam beragama.
l
Mendapat
keamanan dan dijauhkan dari rasa takut.
Pembaca yang
dirahmati Allah, inilah sebagian diantara jaminan yang akan didapatkan oleh
ahli tauhid. Semoga janji Allah dan Rasul-Nya di atas, semakin memotivasi kita
untuk terus mempelajari tauhid dan mengamalkannya. Wallahul musta’an.Sumber;
Muroja’ah: M.A. Tuasikal
Artikel www.muslim.or.id
Referensii:
[1]. Lihat I’aanatul Mustafiid bi Syarhi Kitaabi at Tauhiid hal 52-53.Syaikh Shalih Fauzan. Penerbit Markaz Fajr. Cetakan kedua tahun 2003.
[2]. H.R Bukhari dan Muslim.
[3]. Lihat penjelasan lebih lengkap dalam Fathul Majiid hal 39-40. Syaikh ‘Abdurrahman bin Hasan ‘Alu Syaikh.Penerbit Muasasah al Mukhtar. Cetakan pertama tahun 1425 H/2004.
[4]. H.R Bukhari 3435 dan Muslim 28.
[5]. Lihat I’aanatul Mustafiid bi Syarhi Kitaabi at Tauhiid hal 64.
[6]. H.R Bukhari 425 dan Muslim 33.
[7]. At Tamhiid li Syarhi Kitaabi at Tauhiid hal 26. Syaikh Shalih ‘Alu Syaikh. Penerbit Daaru at Tauhiid. Cetakan pertama tahun 1423 H/2002.
[8]. H.R Tirmidzi 3540.
[9]. Al Mulakhos fii Syarhi Kitaabi at Tauhiid hal 29. Syaikh Shalih Fauzan. Penerbit Markaz Fajr.
0 komentar:
Posting Komentar